Laga.id, Surabaya – Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Jawa Timur kelimpungan. Dukungan anggaran untuk kontingen yang diproyeksikan berlaga di Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI/2024 Aceh dan Sumatera Utara sangat minim.
Diketahui, anggaran tahun 2023 merosot jauh ketimbang 2021 lalu. Dari penelusuran, anggaran KONI Jatim dari APBD 2023 yang diposkan ke Dispora Jatim hanya sebesar Rp 50 miliar.
Sedangkan di 2021 lalu, KONI Jatim mendapat anggaran sebesar Rp 218 miliar dari Pemprov Jatim, untuk mendukung kontingen berlaga di PON XX/2021 Papua.
Sementara itu, dari informasi yang dihimpun, KONI Jatim menerima Rp 80 miliar pada anggaran tahun 2022 lalu. Pada tahun itu, KONI Jatim memiliki gelaran Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) V/2022 di Jember, Lumajang, Bondowoso dan Situbondo.
Jika membandingkan anggaran Jatim dengan daerah lain yang kerap menjadi pesaing di PON, ternyata berselisih sangat jauh. Misal, KONI DKI Jakarta yang mendapat dukungan anggaran tahun 2023 mencapai Rp 270 miliar.
Parahnya, anggaran KONI Jatim juga kalah dari KONI Bekasi yang mendapat dana hibah untuk tahun 2022 senilai Rp 53 miliar. Anggaran yang minim membuat persiapan Pemusatan Latihan Daerah (Puslatda) Jatim 100/V proyeksi PON XXI/2024 Aceh-Sumatera Utara amburadul.
Alhasil, target untuk menyabet juara umum pada ajang olahraga se-Indonesia itu diperkirakan akan menemui kesulitan. Apalagi, KONI Jatim dihadapkan tantangan besar dalam target perolehan medali dengan bertambahnya jumlah nomor dari 681 nomor menjadi 1.033 nomor pertandingan.
Dikatakan Direktur Badan Pelaksana (Bapel) Puslatda KONI Jatim, Irmantara Subagjo, dengan terjun bebas nilai anggaran yang dikucurkan maka akan dilakukan penyesuaian program Puslatda Jatim 100/V ini.
Penyesuaian ini berdampak kepada uang pembinaan atlet, penyediaan sarana prasarana, hingga program latihan seperti try out ke luar negeri atau mendatangkan pelatih asing. Karena minimnya anggaran yang harus dibagi rata untuk pembinaan semua cabang olahraga yang harus bersiap untuk menjalani Pra PON.
“Untuk kali ini tidak ada training camp luar negeri dan mungkin juga bantuan untuk pelatih asing. Yang kami fasilitasi adalah yang punya track record meraih emas atau perak di PON Papua, kemudian emas dan perak di kejurnas dan atlet Pelatnas,” tegas pria yang akrab disapa Ibag tersebut.
Dengan keterbatasan yang ada saat ini, dia berharap tidak menyurutkan semangat para atlet untuk mempersiapkan diri dan harus menunjukkan prestasi terbaiknya. Harapan besar juga disampaikan kepada pengurus cabor untuk bisa memberi kontribusi lebih dalam pembinaan.
Misal dalam Puslatda satu cabor hanya ada tiga atlet puslatda, sedangkan atlet di luar Puslatda yang akan diikutkan Pra PON menjadi tanggung jawab dari cabor. “Bahkan kalau ada cabor yang ingin membiayai sendiri latihan ke luar negeri kami sangat senang,” pungkas Ibag.