Laga.id, Surabaya – Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Jawa Timur Muhammad Nabil bertekad untuk terus meningkatkan prestasi atlet Jatim. Dia tidak menjadikan beban usai menerima penghargaan Sport Achievement Award pada Hari Pers Nasional (HPN) yang digelar di Gedung Sari Utama Kaliwates Jember, Minggu (28/4) lalu.
Saat ini Jatim masih menjadi salah satu provinsi penyumbang atlet nasional yang berlaga di event internasional. Bahkan KONI Juga memiliki moto ‘Dari Jawa Timur untuk Indonesia Menuju Prestasi Dunia’.
Menurut Nabil penghargaan yang ia terima merupakan tantangan dan sekaligus menjadi tanggung jawab moral untuk meningkatkan prestasi olahraga di Jatim dengan tujuan agar para atlet Jatim bisa mewakili Indonesia untuk meraih prestasi di level dunia.
“Sesuai moto kami, dari Jawa Timur untuk Indonesia menuju prestasi dunia, kita harus perkuat alat ukurnya adalah keberhasilan secara kuantatif peningkatan atlet Jatim di kancah internasional. Untuk itu pembinaan kita perkuat terutama menjelang PON. Nanti atlet kita beri kesempatan untuk try out dan mendatangkan pelatih,” terang Nabil.
Selain itu Nabil juga berencana untuk mengumpulkan para atlet untuk diajak berkomunikasi sebelum berlaga di PON. “Nanti kita undangan sekitar 40 atlet secara bergilir kita ajak untuk komunikasi supaya ada kesamaan tentang PON,” katanya.
Sebelumnya Nabil juga mengatakan ada empat kriteria bagi setiap atlet untuk penuhi standar sebuah nomor di cabor yang diikuti. “Pertama tes fisik. Itu jadi alat ukur pertama. Karena di setiap cabor kan beda-beda nomor. Sehingga spesifikasinya juga berbeda,” katanya.
Kriteria kedua, konsumsi gizi. Nabil menegaskan, kebutuhan itu harus dapat perhatian khusus. Sebab, tidak mungkin atlet berprestasi jika kemampuan yang dikeluarkan tidak diimbangi dengan gizi yang masuk. Hal itu dapat dilakukan dengan pemberian suplemen atau multivitamin yang teratur dari tim gizi.
Selanjutnya psikologi. Di masa lalu, kebutuhan akan psikolog dalam lembaga keolahragaan masih dianggap sepele. Namun kini menjadi penting karena menjadi tempat untuk konsultasi dan monitoring kondisi psikologis atlet.
“Jangan sampai potensi skill dan kompetensi atlet runtuh, terhalang oleh masalah-masalah pribadi. Itu (psikologi) sesuatu bangunan yang harus ada di sport science. Dunia olahraga manapun membutuhkan konsultan psikolog. Karena itu, jangan sampai terjadi penurunan prestasi atlet tidak dicari penyebabnya,” katanya merujuk pada nasib bintang-bintang atlet yang menurun hanya gegara masalah pribadi.
Terakhir, tes kesehatan. Di KONI Jatim, Nabil menyebut program itu rutin dilakukan 6 bulan sekali. Bukan hanya saat mau masuk Puslatda. “Saya mengistilahkan jangan menzalimi atlet. Artinya, ketika berprestasi dimanfaatkan terus. Namun ketika selesai, atletnya bermasalah karena kesehatannya tidak tertangani dengan baik dan benar. Apalagi kita tidak mengurusi (atlet yang sudah berhenti dari arena),” katanya.
Pada kesempatan itu Nabil juga menyinggung soal pembinaan atlet-atlet muda agar bisa bersaing meraih prestasi. “Untuk atlet muda kita persiapkan untuk lebih sering mengikuti even lokal minimal Porprov atau event yang dikirim oleh masing-masing Pengprov di skala nasional maupun internasional, sebab atlet muda itu juga butuh jam terbang,” katanya. (*)